Ungkapan diatas banyaklah di antara kita yang tahu, "Dimana ada kemauan, di situ ada jalan (duit)." Ini bukanlah bentuk materialisme atau mata duitan namun bukankah salah satu wujud "jalan" itu adalah uang. Uang adalah sesuatu yang netral. Uang akan menjadi saluran berkat ditangan orang benar namun dapat juga menjadi bencana ditangan orang salah. Yang kita akan bahas disini bukanlah soal "duit" (baca:hasil) namun kemauannya.
Dalam perjalanan saya dari Samarinda ke Balikpapan dengan men-carter mobil Innova, saya sempat ngobrol asyik dengan sopirnya. Saat ngobrol-ngobrol dengannya ternyata saya baru tahu bahwa sopir tadi adalah bos. Mobil Innova yang dipakai adalah milik pribadinya yang telah lunas cicilannya. Dia hanya perlu waktu 2 tahun untuk melunasinya, dan kini mobil tersebut menjadi aset mencari uang. Bukan itu saja sekarang dia lagi menabung uang muka untuk dibelikan mobil baru guna disewakan. Setiap bulannya tak kurang dia mendapatkan 15 juta rupiah hanya untuk urusan antar jemput pelanggannya bahkan PON Kaltim yang lalu dia mendapatkan 14 juta hanya dalam waktu 17 hari. Angka diatas itu pendapatan bersih. Nah lho.. bagaimana dengan Anda yang menyandang gelar sarjana, manager dan staf kantoran. Berpenampilan perlente, pergi pagi pulang malam pendapatan pas-pasan hehe...
Bos sopir tadi berujar "Yang penting kita punya kemauan dan berusaha sebaik mungkin." Sebenarnya apapun profesi dan pekerjaan kita, asalkan kita punya kemauan kuat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik pastilah akan ada jalan. Nah untuk melihat adanya jalan di depan kita tentu kita harus pandai-pandai untuk memandang setiap peluang di sekitar kita. Peluang itu adalah jalannya. Sebenarnya "ada banyak jalan menuju Roma" Kita tinggal memilih mana jalan yang tepat untuk kita, jalan yang kita suka dan ingin kita jalani, jalan yang memungkinkan kita mengeksplor diri kita semaksimal mungkin, dan jalan yang memungkinkan kita mendapatkan "duit" untuk hidup layak yang kita impikan. Seringkali kita hanya melakukan apa yang orang lain lihat sebagai peluang dan kita menjadi seseorang yang menjalankan peluang orang lain, betul bukan? Kadang kita tidak berani mengambil jalan di depan kita hanya karena takut terhadap apa yang mungkin terjadi di depan sana. Ketakutan kita membuat kita terhenti dan tak satupun langkah maju yang kita ambil.
Suatu ketika ada seekor katak kecil yang tinggal di sebuah sumur tua yang ingin merubah nasibnya. Dia bosan dan jenuh tinggal di sumur tua yang dangkal, penuh lumut, pemandangan suntuk, dan pilihan makanan yang itu-itu aja membuat katak kecil ingin keluar dari sumur tua itu. Dia selalu memandang matahari dan bintang yang menarik hatinya untuk melihat ada apa gerangan di luar sumur tua. Dia sadar bahwa mbah buyut, kakek nenek dan ayah ibu-nya selama ini tinggal, hidup, dan mati di sumur tua yang sama, namun katak kecil memutuskan keluar dari sumur dan mencari tahu kehidupan di luar sana. Diapun terus berusaha mendaki batu demi batu untuk terus naik keatas, tak terhitung berapa kali dia terjatuh tapi itu tak menyurutkan niatnya. Katak-katak lainnya menertawai, mengolok, memaki, dan memintanya untuk menyerah saja karena bagi mereka upaya katak kecil hanyalah kesia-siaan. Katak kecil tak juga menyerah dan akhirnya keluar juga dia dari sumur tua. Katak kecil mendapati dunia yang luar biasa. Katak kecilpun menikmati kehidupan rawa, dan kehidupan sungai. Dia dapat pula menikmati aneka pilihan makanan, dia pun memiliki banyak teman binatang rawa dan sungai. Hidupnya menjadi berarti sebagai hasil kemauan dan kerja kerasnya. Sementara itu teman-temannya masih tetap tinggal di sumur tua sambil bertanya, "Bagaimana ya hidup katak kecil diluar sana?" Jangan-jangan sebagian dari kita sedang menanyakan hal yang sama. (AB)